How To Declutter Your Digital Life On Medium

Less is more in our digital world. Decluttering your digital life is not easy and feels scary, but it makes you happier

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




A Night In Malibu

https://pin.it/40Hbjpw

Kapal-kapal bertengger di dermaga. Jembatan terakhir bergoyang ditiup angin, sementara suara lembut biola tua mulai mengiringi mentari yang perlahan terendam lautan.

Suaranya terdengar pelan, mengarungi seisi lautan. “I just need someone in my life to give it structure.” Liriknya berkumandang di dekat telingaku. Parau bak terluka bertahun-tahun lamanya. Kian mendekat, suaranya kian redam, masuk ke palung laut terdalam, mengguncang semua kapal di permukaan dengan emosi itu.

Ingin rasanya kutanyakan tentang structure seperti apa yang ia maksudkan. “To handle all the selfish ways I’d spend my time without her.” Terdengar begitu menyedihkan dan penuh kerinduan.

Biolanya berhenti, digantikan rentetan air mata yang jatuh menggenangi pakaiannya. Jemarinya gemetar. Ia menggigit bibir, tidak mengucapkan sepatah kata pun meski ia mungkin tahu bahwa aku ada di dekatnya. Bahkan, aku siap menerima tubuhnya yang berat untuk kurengkuh dalam pelukan.

“You’re everything I want, but I can’t deal with all your lovers.” Ia melanjutkan. Menyanyikan lagu dengan penuh kesedihan dan air mata. Biolanya naik ke atas bahu, diapit dengan lemah lembut, gesekannya terdengar sangat tempramen. Emosinya mengalir sepanjang lautan lepas, aku bisa merasakannya sedang kesakitan.

Dari semua kata-kata, kata maaf baginya pun tak akan membersihkan luka. “I’ve gotta get away and let you go,” Dadaku terasa sakit saat ia menyebutkan rangkaian lirik itu, “I’ve gotta get over.” Ia dengan segala rasa dalam pikirannya dan dengan segala luka di senar biolanya, ingin mengakhiri apa yang harus ia akhiri.

Bahkan, jika laut mengembuskan napas pun, ia tahu bahwa aku tak ‘kan kembali padanya. Untuk sekecil harapan dan sebutir alasan, ia tahu, bahwa aku tidak akan kembali.

“I love you so.” Suaranya pelan, begitu dekat dengan telingaku. Ia menangis, terisak dengan biola di pelukannya. Tubuhnya merosot ke bawah, berlutut di antara pasir-pasir putih.

Aku begitu bodoh, melepaskannya dengan keegoisan dan meninggalkannya sendirian. Aku merasakan betapa kesepiannya dirinya, betapa terlukanya ia, bahkan sampai ia sadar bahwa yang tersisa adalah bayangan.

Bayanganku.

Aku menyentuh pundaknya, menembus tubuhnya yang kekar nan rapuh. Tetes demi tetes air mata jatuh ke pasir-pasir bersih itu. Ia memeluk biolanya makin erat. Aku tahu ia tak mampu lagi menghibur diri dengan permainan biola dan lagu-lagunya yang menyakitkan.

“I hope you feel what I felt when you shattered my soul.”

Ia menatap ke depan. Lautan dan mentari yang cantik. Bintang-bintang mulai bermunculan. Aku tahu itu adalah pemandangan indah favoritnya. Ia mengusap pipinya, air matanya terhapus dengan cepat. Dengan gemetar ia berdiri di atas kakinya tanpa kekuatan.

“Aku akan mengemasi semua barangku dan meninggalkanmu di sini,” katanya, penuh kerelaan.

Ia tahu benar aku tak ‘kan kembali padanya. Aku hanya bayangan sekarang, bahkan jika malam tiba, Malibu tidak akan pernah memberikan hidupku kembali.

Aku sudah hilang, dan kami sudah berakhir.

Add a comment

Related posts:

Oasis Sunflower Competition!

As we continue to learn how to live in this unique season, it’s more important than ever to find moments to enjoy the beauty of creation. So, to help us embrace the wonder of the world around us…

Twitter font generator Wonhowto Son Nguyen

This is the free twitter font generator. You can display profiles, tweet even DM with many different font styles. Examples are gothic, halloween, small, italic, strikethrough … For many people who…

Changing From Blue Collar To White Collar

Just as a background, I was brought up in a welfare family. My father left my mother with four young children and no income in the late 1050s/early 1960s. We had no money. When we were a little older…